Nuansa Post. Info, Bima-
Di tengah badai perubahan yang mengguncang tanah Bima, hadir sosok Peggy Ferdiansyah Mei Putra, salah putra pertama almarhum Dae Ferry dan Atta (akrab dipanggil ibunya Pegi, red), yang mengemban semangat "Tohompara Ndai Sura Dou Labo Dana di Dana Mambari".
Pasalnya, bukan sekadar pewaris nama atau darah, Dae Peggy datang untuk membawa nilai-nilai kepemimpinan sejati dari 8 (waru) karakter Nggusu Waru : kebijaksanaan, keberanian, keteguhan, keadilan, kesetiaan, kesejahteraan, keberpihakan pada rakyat, dan ketulusan. Kehadirannya bukan untuk memperkuat dinasti politik ibu tirinya, melainkan untuk meruntuhkannya, berjuang bersama rakyat yang selama dua dekade tertindas oleh keserakahan dinasti politik yang telah menyengsarakan masyarakat.
Peggy yang akrab dipanggil ditemui, Kamis, 14/11/24 mengatakan bahwa di tengah arus perubahan yang begitu kuat, kehadiran dengan tekad tegas, mendukung pasangan calon Ady Mahyudi dan dr. Irfan Zubaidy dalam kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Sebuah langkah yang tak hanya menunjukkan keberanian, tetapi juga menunjukkan keberpihakannya pada rakyat, ujarnya.
Masih dia, saya telah dibuang dan diasingkan oleh keluarganya sendiri dan memilih meninggalkan dinasti politik yang digerakkan oleh ibu tirinya, Indah Damayanti Putri, dan saudara tirinya, Muhammad Putra Feriyandi beserta keluarga ibu tirinya, yang telah membangun kekuasaan di atas Marwah Istana Kesultanan Bima dengan menginjak-injak kehormatan yang seharusnya dijunjung tinggi, tegasnya.
"Dinasti politik ini telah lama bercokol di Istana Kesultanan Bima, mempermainkan marwah istana demi kepentingan pribadi, menumpuk kekayaan di atas penderitaan rakyat".
Saya hadir sebagai pewaris Jenateke yang sesungguhnya memilih rakyat di atas keluarganya, membuktikan bahwa kekuatan yang sebenarnya terletak pada keberanian dan hati nurani. Bukan janji kosong atau sandiwara air mata yang ia bawa seperti yang dilakukan oleh ibu tirinya dikala kampanye dan disaat ada maunya terhadap masyarakat, melainkan keyakinan penuh untuk mengembalikan semangat Tohopra Ndai Sura Dou Labo Dana di Dana Mambari yang telah lama hilang dengan ciri khas delapan karakter kepemimpinan (Nggusuwaru) yang dibingkai semangat perubahan bersama Ady Mahyudi dan dr. Irfan Zubaedy Menuju Bima Bermartabat.
Saya berikrar untuk mengakhiri kedzaliman dan keserakahan yang selama ini hanya menguntungkan dinasti politik ibu tirinya dan menjerumuskan rakyat dalam penderitaan yang panjang.
Dinasti politik yang selama 2 (dua) dekade (periode) bertahan kini dihadapkan pada perlawanan yang semakin tak terbendung, bukan hanya dari seorang pewaris sah, tetapi dari rakyat yang sudah lelah dibodohi dengan janji-janji kosong. Kehadiran saya bukan sekadar simbol kembalinya marwah Bima, tetapi menjadi sinyal bahwa masyarakat Bima tidak akan lagi diperdaya oleh dinasti politik ibu tirinya yang mengatasnamakan kekuasaan demi keluarga sendiri.
Saya telah memilih jalan untuk berdiri bersama rakyat. Di pundak, saya memikul harapan baru bersama Ady Mahyudi dan dr. Irfan Zubaedy untuk Bima yang lebih adil, sejahtera, dan mandiri. Dinasti politik yang selama ini merasa tak terkalahkan mulai menghadapi realita bahwa keserakahan takkan pernah mampu mengalahkan suara rakyat yang tulus.
Pantauan media ini Dae Peggy selalu bersama rakyat dalam setiap kehadirannya ditengah-tengah masyarakat dengan menghadirkan kembali 8 (waru) karakter kepemimpinan Nggusu Waru di Dana Mambari. Dia menyalakan api perjuangan yang akan meruntuhkan tirani dinasti dan mengembalikan Bima ke jalur yang semestinya demi kemakmuran, kesejahteraan, dan kedaulatan rakyat yang sesungguhnya dalam nafas Visi Misi Bima Bermartabat. (Red)
COMMENTS